Supaya Dzikir dan Do'a kita diterima oleh Allah SWT, maka hendaknya kita perlu memperhatikan hal-hal berikut ini :
Do’a/Dzikir
kepada Allah terdiri dari empat rukun:
a.
Seorang
hamba yang berdo’a:
Dia
adalah seorang hamba yang selamanya butuh. Oleh karena itu, dia tidak boleh mempunyai
asumsi bahwa kebutuhan yang ia minta boleh bertentangan dengan keberadaannya
sebagai makhluq yang selamanya membutuhkan pertolongan dari Dzat yang di
mintai. Berdzikir dengan terus menerus, walaupun dalam keadaan lapang, akan
mudah diingat oleh Allah ketika dalam keadaan sempit. Dia harus benar-benar
menempatkan diri sebagai seorang hamba yang sedang besimpuh di hadapan Dzat
Yang Memiliki segalanya dan mampu mengabulkannya.
b.
Dzat
Yang Dimohon (Allah swt.)
Dia
adalah satu-satunya Yang berhak disembah dan diminta tidak ada yang menyekutukan-Nya,
memberikan sesuatu sesuai kehendak-Nya. Dia Dzat yang mengetahui kebutuhan
hamba-Nya tanpa harus diminta, berdo’a kepada-Nya dengan menyebutkan
kebutuhan-kebutuhan bukan berarti Ia tidak tahu terhadap kebutuhan-kebutuhan
tersebut. Berdo’a kepada-Nya harus didasarkan pada perintah-Nya. Tidak boleh
berpura-pura di hadapa-Nya karena Dia Maha mengetahui semua yang terlintas di
hati hamba-nya. Dialah Yang Maha mengetahu apa yang lebih mashlahat untuk
diberikan kepada hamba-nya.
c.
Sesuatu
yang dimohon (isi do’a/dzikir)
Sesuatu
yang dimohon ini contohnya seperti keselamatan dan kebahagiaan dunia akhirat.
Sesuatu yang dimohon sebagian telah diajarkan oleh Allah, baik langsung
disebutkan dalam al-Qur’an, maupun tidak langsung melalui para Nabi dan
utusan-Nya.[1]
d.
Al-khusyuk
(tadharru’ dan khasyyah)
Berdzikir/berdoa
membutuhkan hati yang khusyu’ (ingat kepada yang dibaca), Allah tidak akan
menerima do’a seseorang yang hatinya lalai. Disamping itu, orang yang berdzikir
atau berdo'a juga harus berkeyakinan bahwa do’anya akan didengar dan diterima
oleh Allah swt.
2.
Syarat-syarat
do’a/dzikir
Beberapa
syarat yang dibutuhkan agar dzikir dan do’a bisa diterima oleh Allah swt. adalah
sebagai berikut:
a.
Niat
dan tujuan yang baik, semata-mata untuk mendapatkan ridla Allah swt.
b.
Fisik
(badan, pakaian dan makanannya) harus benar-benar halal.
c.
Dilaksanakan dengan penuh istiqamah.
d.
Harus
benar-benar penuh semangat dan mujahadah.
e.
Menggunakan
beberapa redaksi do’a/dzikir yang sudah warid dari Rasulullah saw.
3.
Waktu
dan Tempat do’a/dzikir.
Agar Dzikir
dan do’a mudah diterima, sebaiknya dilaksanakan dalam waktu-waktu yang mustajabah
(mudah diterima). Beberapa waktu tersebut diantaranya:
a.
Waktu
sahur (sepertiga malam). Hal ini dijelaskan dalam Firman Allah,
وَبِالْأَسْحَارِ هُمْ يَسْتَغْفِرُونَ.
“(Orang-orang
yang bertaqwa yang menjadi penduduk surga itu) di saat di dunia mereka
selalu baca istighfâr di waktu sahur.” (QS. Al-Dzaryat, 18).
Yang dimaksud dengan waktu sahur, umumnya adalah separo malam yang kedua, yakni dari jam 12 sampai
waktu fajar menyingsing. Namun Secara khusus,
Rasulullah menjelaskan dalam hadist berikut:
عَنْ أَبِي سَعِيْدٍ وَعَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ قَالَا : قاَلَ رَسُوْلُ اللهِ صَلىَّ
اللهُ عَلَيْهِ وَ سَلَّمَ: إِنَّ اللَّهَ يُمْهِلُ حَتَّى إِذَا ذَهَبَ ثُلُثُ اللَّيْلِ
الأَوَّلُ نَزَلَ رَبُّنَا تَبَارَكَ وَتَعَالىَ إِلَى السَّمَاءِ الدُّنْيَا فَيَقُوْلُ
جَلَّ وَعَلاَ: هَلْ مِنْ مُسْتَغْـفِرٍ؟ هَلْ مِنْ تَائِبٍ؟ هَلْ مِنْ سَائِلٍ؟ هَلْ
مِنْ دَاعٍ؟ حتى يَنْفَجِرَ الصُّبْحُ.
“Dari
Abi Sa’id dan Abi Hurairah ra, keduanya berkata: telah bersabda Rasulullah saw. Sesungguhnya Allah menunda
(sesuatu yang akan diberikan pada hambanya), sehingga apabila waktu sepertiga
malam yang pertama telah sirna. Maka Tuhan kita Yang maha berkah dan Luhur turun
ke langit dunia, ketika itu Ia Yang Maha Agung dan Luhur berfirman; Adakah
(hambaku) yang memohon ampun pada-Ku? Adakah yang bertaubat? Adakah yang
memohon sesuatu? Adakah yang berdo’a? sampai fajar subuh menyingsing.” [2]
Abu
Hatim ra. menjelaskan bahwa dalam Hadits Imam Malik dari al-Azuhri disebutkan
bahwa Allah turun ke bumi sampai tiba sepertiga malam yang akhir, sedangkan dalam
Hadits Abi Ishaq dari al-Aghar disebutkan bahwa Allah turun ketika sepertiga
malam yang pertama sudah pergi. Kedua Hadits yang nampak berbeda itu dapat
dikompromikan bahwa di malam-malam tertentu, Allah turun ketika tiba sepertiga
malam akhir, dan di malam yang lain Allah turun ketika sepertiga malam yang
pertama telah berahir. Mengkompromikan dua Hadits ini dilakukan agar tidak ada
kesan perlawanan dan pertentangan antara dua hadits tersebut.[3]
b.
Sepanjang
malam dan hari Jum’at bermula sejak hari
Kamis setelah Ashar sampai hari Jum’at setelah Ashar. Ada beberapa waktu dikabulkannya
do'a yang biasa disebut dengan waktu istijabah. Waktu istijabah ini
antara lain terdapat pada hari Jum'at. Tidak sedikit Hadits yang menjelaskan
tentang keutamaan dan kelebihan malam dan hari jum’at daripada hari-hari-hari
yang lain. Hari Jum’at disebut Sayyidu al-Ayyam dan sebagai hari ‘Id mingguan
dan tempat haji orang fakir miskin. Hampir semua kitab-kitab Hadits meriwayatkan
beberapa Hadits yang menjelaskan keutamaan hari dan malam jum’at. Diantaranya
seperti hadits berikut:
عَنْ أَنَسٍ قَالَ, قَالَ رَسُوْلُ اللهِ صَلِّى اللهُ عَلَيْهِ
وَسَلَّمَ إِنَّ فيِ الجُمْعَةِ لَسَاعَةٌ
لاَ يُوَافِقُهَا عَبْدٌ مُسْلِمٌ يَسْأَلُ اللهَ فِيْهَا خَيْرًا إِلَّا أَعْطَاهُ
إِيَّاهُ قَالَ
وَعَرَضْتُ عَليَ الاَيَّامِ فَرَأَيْتُ يَوْمَ الجُمْعَةِ كَأنَّهُ فِي مِرْاَتِهِ
بَهَاءٌ وَنُوْرٌ وَفَضُلَتْ عَلَى سَائِرِ الايَّامِ فَسَرَّنِي ثُمَّ رَأَيْتُ فِيهِ
نُكْتَةً سَوْدَاءَ كَالشَّامَةِ فَقُلْتُ يَا جِـبْرِيْلُ مَا هَذِهِ النُّكْتَةُ
السَّوْدَاءُ فِي هَذَا البَهَاءِ وَالنُّورِ؟ قَالَ هِيَ السَّاعَةُ تَقُوْمُ فِيهِا
القِيَامَةُ.
“Dari
sahabat Anas ra. berkata; telah bersabda Rasulullah saw. sesungguhnya pada hari
Jum’at terdapat satu waktu di mana tidaklah menepati pada waktu tersebut
seseorang yang memohon suatu kebaikan kepada Allah swt. kecuali Allah pasti
memberinya. Beliau bersabda kemudian hari Jum’at itu ditampakkan hari Jum’at itu
atas beberapa hari yang lain, maka saya melihat ada seaka-akan nampak di
bayangannya cahaya kemuliaan dan diutamakan atas hari-hari yang lain tersebut,
maka ia membuat saya sangat senang, kemudian aku melihat satu titik hitam di
dalamnya seperti tahi lalat, aku bertanya kepada Jibril; wahai Jibril apa titik
hitam ini yang ada dalam cahaya ini? Beliau menjawab ini titik waktu dimana
hari kiamat akan jatuh pada waktu tersebut.”[4]
c.
Beberapa
do’a yang mustajab: Do’a imam yang adil, do’a orang yang berpuasa, do’a
orang tua kepada anaknya dan do’a orang yang dizhalimi. Rasulullah saw
bersabda:
عَن أَبِي هُرَيْرَةَ عَن النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ
ثَلَاثُ دَعَوَاتٍ لَا شَكَّ فِيهِنَّ دَعْوَةُ الْمُسَافِرِ وَالْمَظْلُومِ وَدَعْوَةُ
الْوَالِدِ عَلَى وَلَدِهِ.
“Dari
Abi Hurairah ra. dari Nabi Muhammad saw. bersabda; ada 3 orang yang do’anya
tidak diragukan pasti diterima, yaitu do’a orang yang sedang bepergian (musafir),
do’a orang yang dizhalimi dan do’a orang tua kepada anaknya.”[5]
عَن أَبِي هُرَيْرَةَ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ
ثَلَاثَةٌ لَا يُرَدُّ دُعَاؤُهُمْ الْإِمَامُ الْعَادِلُ وَالصَّائِمُ حَتَّى يُفْطِرَ
وَدَعْوَةُ الْمَظْلُومِ يَرْفَعُهَا اللَّهُ فَوْقَ الْغَمَامِ يَوْمَ الْقِيَامَةِ
وَيَفْتَحُ لَهَا أَبْوَابَ السَّمَاءِ وَيَقُولُ الرَّبُّ عَزَّ وَجَلَّ بِعِزَّتِي
لَأَنْصُرَنَّكِ وَلَوْ بَعْدَ حِينٍ.
“Dari
Abi Hurairah ra. berkata, telah bersabda Rasulullah saw. ada tiga golongan yang
do’anya tidak ditolak, yaitu; imam yang adil, orang yang sedang berpuasa sampai
ia berbuka puasa dan do’a orang yang teraniaya, dimana Allah akan mengangkatnya
di atas awan pada hari kiamat dan dibuka padanya pintu-pintu langit, waktu itu
Allah Azza wa Jalla berfirman; demi kemuliaan-Ku, Aku akan membela kamu
walaupun waktunya sudah lama.”[6]
[1] Allah swt. telah memberikan pelajaran tentang apa
sesungguhnya yang harus diminta dan tidak boleh diminta oleh hamba-Nya,
demikian juga Nabi Muhammad saw.
[2] Shahih Ibnu Hibban, juz 2, hlm.
201.
[3] Ibid.
[4] Bughyatu al-Harits, juz 1, hlm.
67-68.
[5] Musnad Imam Ahmad Hadits, hlm. 6904.
[6] Musnadu al-Shahabah fi Kutub al-Tis’ah, juz 6, hlm. 26.
Alhamdulillah, dengàn pencerahan itu smg membuat ummat semakin yakin dan thaat untuk beràmal ibadah
BalasHapusAmiin.
BalasHapusAlhamdulillah, terimakasih ustadz atas pencerahannya
BalasHapus