Mahallul Qiyam adalah aktifitas yang ada dalam kegiatan rutin mayoritas umat Islam Ahlussunnah dalam pembacaan kitab-kitab Maulid Nabi Muhammad, seperti
Maulid Ad-Dhiba’, Maulid Barzanji Nazham, Barzanji Natsar, Maulid Simtuddhurar, Maulid Adh-Dhiya’ullaami’, dll.Saat Mahallul Qiyam sedang berlangsung semua orang yang hadir
dalam majelis berdiri untuk memberikan penghormatan kepada shahibul Maulid,
Nabi Muhammad SAW sambil membaca qasidah madah (pujian kepada Beliau) dengan
penuh kekhusu’an bahkan tidak jarang banyak air-air mata yang tumpah. Sulit
untuk digambarkan bagaimana kekhusu’an, ketenangan, kedamaian, dan kenyamanan
yang dirasakan dalam hati.
Saat Mahallul Qiyam & Angkatan Marhaban di Jambi Kota Sebrang |
Sebagaimana dijelaskan oleh Abul Faraj Al-Halabi didalam kitab
As-Sirah al-Halabiyah :
ومن الفوائد أنه جرت عادة كثير من الناس إذا سمعوا بذكر وضعه
صلى الله عليه وسلم أن يقوموا تعظيما له صلى الله عليه وسلم، وهذا القيام بدعة لا
أصل لها: أي لكن هي بدعة حسنة، لأنه ليس كل بدعة مذمومة
Artinya
: “Termasuk faidah adalah kebiasaan banyak orang tatkala mendengar kisah
kelahiran Nabi Muhammad SAW mereka berdiri untuk memberikan penghormatan kepada
beliau SAW. Berdiri ini adalah bid’ah yang tidak memiliki dasar, akan tetapi
ini adalah bid’ah yang baik, karena tidak semua bid’ah itu tercela.”
Berdiri
yang dilakukan oleh orang tua dan para guru kita lebih karena akhlak mereka
terhadap Rasulullah SAW. Para orang tua kita jelas meneladani akhlak para ulama
sebagai pewaris para nabi terhadap rasulnya.
Sementara dalam kitab-kitab Tarikh,
berdiri semacam ini saat salawat merupakan ijtihadnya Imam as-Subki yang
kemudian diikuti oleh banyak ulama lain.[1]
Penjelasan yang lebih lengkap disampaikan oleh Syaikh Abu
Bakar Syatha yang mengutip dari Mufti Syafiiyah di Makkah, Syaikh Ahmad Zaini
Dahlan:
وقد بسط الكلام على ذلك شيخ الاسلام ببلد الله الحرام مولانا
وأستاذنا العارف بربه المنان سيدنا أحمد بن زيني دحلان في سيرته النبوية، ولا بأس
بإيراده هنا فأقول: قال رضي الله عنه ومتعنا والمسلمين بحياته (فائدة) جرت العادة أن الناس إذا سمعوا ذكر
وضعه (ص) يقومون تعظيما له (ص) وهذا القيام مستحسن لما فيه من تعظيم النبي (ص) وقد
فعل ذلك كثير من علماء الامة الذين يقتدى بهم
قال
الحلبي في السيرة فقد حكى بعضهم أن الامام السبكي اجتمع عنده كثير من علماء عصره
فأنشد منشده قول الصرصري في مدحه (ص): قليل لمدح المصطفى الخط بالذهب على ورق من
خط أحسن من كتب وأن تنهض الاشراف عند سماعه قياما صفوفا أو جثيا على الركب فعند
ذلك قام الامام السبكي وجميع من بالمجلس، فحصل أنس كبير في ذلك المجلس وعمل المولد
واجتماع الناس له كذلك مستحسن
Artinya
: “Masalah ini telah dijelaskan oleh Syaikhul Islam di Tanah Haram, Guru kami
yang Ma’rifat Billah, Sayid Ahmad Zaini Dahlan dalam kitab Sirah Nabawinya, dan
akan saya sampaikan disini. Beliau berkata: “(Faidah) Telah berlaku sebuah
tradisi bahwa orang-orang jika mendengar sebutan kelahiran Nabi Saw, maka
mereka berdiri untuk mengagungkan kepada Nabi. Berdiri ini adalah sesuatu yang
baik karena ada tujuan mengagungkan Nabi Saw. Hal tersebut sudah dilakukan oleh
banyak ulama yang menjadi panutan umat.
Al-Halabi
menyebutkan dalam kitab as-Sirah bahwa sebagian ulama menyampaikan saat Imam
as-Subki berkumpul bersama para ulama di masanya, maka pembaca syair
melantunkan syair karya ash-Sharshari dalam pujiannya untuk Nabi Saw:”Sedikit sekali
pujian untuk Nabi dengan tinta emas, diatas kertas dari tulisan terbaik di
kitab-kitab.
Hendaknya
bangkit orang-orang mulia saat mendengarnya, berdiri dan berbaris, serta
berlutut di atas kendaraan” Saat itu, maka imam as-Subki dan orang-orang yang
ada berdiri semua, maka terjadilah kebahagian dan amaliyah Maulid di tempat
itu. Dan berkumpulnya banyak orang untuk acara tersebut juga sesuatu yang baik”[2]
Lalu bagaimana dengan Marhaban? Untuk mengetahui lebih
lanjut Klik Disini
Allahu A'lam
@Santri Melayu
Tidak ada komentar:
Posting Komentar