Di Indonesia wabil khusus dijambi sendiri burdah sudah sangat populer. Hal ini disebabkan burdah merupakan salah satu kitab-kitab maulid yang sering dibaca. Maulid burdah juga disebut shalawat, karena dalam pembacaannya wajib disahuti dengan bacaan shalawat. Islam mengategorikan shalawat sebagai salah satu ibadah sunnah yang diutamakan.
Ada janji pahala yang sangat tinggi bagi orang-orang yang melakukannya. Firman Allah SWT:Sesungguhnya Allah dan malaikat-malaikat-Nya bershalawat untuk Nabi. Hai orang-orang yang beriman, bershalawatlah kamu untuk Nabi dan ucapkanlah salam penghormatan kepadanya(QS. AL Ahzab : 56).
Shalawat juga dapat dijadikan wasilah mendekatkan diri kepada Allah.
yaitu jalan tercepat menuju whusul kepada
Allah adalah memperbanyak istighfar dan
membaca salawat kepada Nabi Muhammad SAW. Kaitannya dengan wasilah untuk mendekatkan diri kepada Allah, dalam dunia tasawuf
dikenal dengan tarekat. Ketika syair
burdah dilantunkan, para jamaah larut
dalam puisi madah Imam Bushiri
ini. Seperti menghadirkan insan yang tersanjung itu, dengan penuh sikap hormat,
cinta, rindu, dan pengharapan
menyambut kedatangan kekasih yang ditunggu. Seorang yang tinggi
derajatnya, mulia akhlaknya, lembut tutur katanya, penerang hati yang gelap,
makhluk pilihan dan kekasih
Tuhan seluruh alam. Dari
berbagai definisi tersebut, dapat diperoleh pengertian bahwa shalawat merupakan
bentuk puji-pujian yang ditujukan kepada Nabi Muhammad SAW.
Bait-bait syair yang ditulis ileh imam Bushiri pada awalnya bernama Al-kawakib Al-Durriyyah Fi madhi Khairi al- Bariyyah, namun lebih masyhur disebut dengan Burdah al-Madih. Burdah artinya mantel dan juga dikenal sebagai bur’dah yang berarti shifa (kesembuhan). Suatu ketika beliau tertimpa sakit faalij (setengah lumpuh) yang tak kunjung sembuh setelah berobat ke tabib manapun, tak lama kemudian beliau bermimpi bertemu Rasulullah SAW yang memerintahkan untuk menyusun syair yang memuji Rasulullah. Maka beliau mengarang syair burdah dalam 10 pasal/ tema pokok pembicaraan.
Pokok pembicaraan tersebut yaitu,
- Prolog cinta sang kekasih, berjumlah 12 bait
- Peringatan akan bahaya menuruti hawa nafsu, sebanyak 16 bait
- Pepujian, sebanyak 30 bait
- Kisah kelahiran Nabi Muhammad SAW, sebanyak 13 bait
- Tentang Mukjizat, sebanyak 16 bait
- Tentang Al-Quran, sebanyak 17 bait
- Tentang Isra Miraj, sebanyak 13 bait
- Tentang Jihad, sebanyak 12 bait
- penutup dan permohonan ampun, sebanyak 12 bait dan ada yang berpendapat sebanyak 19 bait.
Seusai menyusun
syair burdah, beliau kembali bermimpi bertemu Rasullulah SAW yang
menyelimutinya dengan burdah
(mantel). Ketika bangun, sembuhlah beliau dari penyakit lumpuh yang
dideritanya. Qosidah burdah ini tersebar di seluruh penjuru bumi dari timur
hingga barat. Bahkan disyarahkan oleh sekitar 20
ulama, diantaranya yang terkenal adalah Imam Syabukhiti, Imam Baijuri dan Imam
Ibnu Hajar Al- Haitami. Habib Husein bin Mohammad Alhabsiy (saudara Habib Ali
Alhabsyi Sohibul Maulid
Simtud Duror) biasa memimpin Dalail Khoiroot di Mekkah.
Ketika Hadramaut tertimpa paceklik hingga banyak binatang buas berkeliaran di
jalan, Habib Abdurrahman Al Masyhur memerintahkan setiap rumah untuk membaca
burdah sehingga rumah-rumah mereka aman dari gangguan binatang buas.
Imam Bushiri mengatakan bahwa burdah
ini sangat mujarab untuk mengabulkan hajat-hajat kita dengan izin Allah SWT.
Namun terdapat syarat-syarat yang harus dipenuhi. yaitu istiqomah, mengulangi bait “maula
ya solli wa sallim” berwudhu, menghadap kiblat, memahami makna bait-bait, dibaca dengan himmah yang besar, beradab, memakai wewangian.
Lalu siapakah Imam al- Bushiri? Nama lengkap beliau adalah Syarafuddin Muhammad Bin Sa’id bin Hammad Bin Tuhsin Bin Abi Surur Bin Hayyan Bin Abdillah Bin Malak Ash- Shonhaji Al- Bushiri Al- Mishra sering dipanggil dengan panggilan Abi Abdillah (610-695H/1213-1296M). lahir di Dallas Maroko, dan di besarkan di Bhusir Mesir. Imam Bushiri disebut-sebut berdarah Maroko dari marga Bani Habnun. Ibunya berasal dari Bushir, sedangkan nenek moyangnya dari garis ayah tinggal di Dalash. Oleh karena itu, kadang ia di sebut Al-Bushiri, kadang Ad-Dalashi, kadang Ad-Dalashiri gabungan dari Dalashi dan Bushiri. Awal studinya dimulai dengan menghafal Al-Quran, lalu ke Kairo bergabung dengan para pelajar yang menuntut ilmu di Masjid Syekh Abd Az- Zahir. di situ Al-Bushiri belajar berbagai macam ilmu agama, juga ilmu bahasa dan sastra. Kairo merupakan kota yang menjadi tempat tinggal Bushiri dalam masa yang panjang dalam hidupnya.
Pada tahun 1250 M, di saat berusia sekitar 40 tahun, Imam Bushiri mulai mempelajari dan menekuni ilmu-ilmu tasawuf. Jalur yang dia pilih adalah tasawuf melalui amalan-amalan dan tarekat syadziliyyah. Sebuah tarekat rintisan seorang sufi kebangsaan Tunisia yang bernama Abu Al-Hasan Asy-Syadzili. Tarekat ini ia tekuni di bawah bimbingan Abu Al-Abbas Al-Mursi, salah seorang murid senior Asy- Syadzili. Ternyata pada tahapan kehidupan selanjutnya, ajaran tasawuf yang ditekuninya itu berpengaruh cukup besar terhadap pola pemikiran dan orientasi karya sastranya. Di bidang Fiqih, Al-Bushiri menganut Madzab Syafi’i, Madzab fiqih mayoritas di Mesir.
Imam Bushiri merupakan penyair yang sangat produktif. Banyak karya sastra terutama syair yang telah digubahnya. Selain produktif dia juga sangat mumpuni kemampuan sastranya, terbukti syair gubahannya diakui memiliki nilai sastra yang sangat tinggi. Burdah merupakan karya yang paling fenomenal dari Imam Bushiri, dibanding karya-karyanya yang lain. Sejak awal syair burdah sudah mendapatkan perhatian yang besar dari masyarakat luas. Baik kalangan awam maupun budayawan. Di kawasan Eropa pun tidak kurang dari enam edisi terjemahan shalawat burdah telah diterbitkan. Antara lain, Uri (1861) seorang sastrawan asal Belanda, orang pertama yang menerjemahkan syair-syair burdah ke dalam bahasa Latin dengan judul Carmen Mysticum Borda Dictum. Terjemahan ini dicetak berulang-ulang dan tersebar luas terutama di Leiden Belanda. Di Jerman, setidaknya ada dua edisi terjemahan yang diterbitkan. Yang pertama diterjemahkan oleh Von Rosenweg (1824) dengan judul Funkelnde Vandelsterne Zum Iobe Des Geschopfe, sementara yang kedua oleh Redhouse (1881) dengan judul The Burda, sementara di Italia, ada satu edisi yang berhasil ditemukan yaitu terjemahan Gabrielli (1901) dengan judul Al-Burdatain.
Setelah mengarungi kehidupan selama sekitar 82 tahun, pada penghujung abad ke 13 M, tepatnya pada 1295, Imam Bushiri menghembuskan nafas terakhirnya dengan tenang di Iskandaria. Konon jenazahnya dikebumikan di dekat bukit Al-Mughatham berdekatan dengan makam Muhammad Ibn Idris Asy-Safii tokoh sentral Mazhab Syafi’i.
CARA PENGAMALANNYA :
Masyarakat Jambi Kota Seberang adalah masyarakat yang agamis. bagi mereka shalawat burdah adalah shalawat yang sangat rutin dibaca. Shalawat Burdah bisa dibaca kapan saja. bahkan al-Mukarrom Tn. Guru Haji Muhammad Daud Bin Nawawi salah seorang Ulama' yang mengijazahkan al-Faqir Shalawat Burdah, adalah orang yang rajin dan rutin membacanya. jadi wajar beliau sampai hafal dengan semua bait-bait burdah. dalam membaca burdah, masyarakat Jambi Kota Sebrang menambah dengan do'a-do'a yang lain, seperti Istighostah Sughra, do'a Ya Allah Ridha, Ya Allah Biha, dll.
Membaca Burdah bisa dilakukan sendiri-sendiri ataupun secara berjamaah. jika dilakukan secara berjama'ah, maka Bait-bait Burdah cukup dibaca oleh satu orang saja, yaitu yang menjadi pemimpin bacaan burdah. sedangkan yang lain cukup dengan mengulang-ngulang bait Maula ya Shalli Wa Sallim Da'iman Abada dst.
Disamping menjadi bacaan harian ataupun mingguan, burdah juga dibaca ketika ada orang yang pindah rumah, menempati rumah baru, ada yang sakit parah, ada wabah yang menyerang, terjadi kemarau panjang dan lain-lain. dan ini semua sudah di tajribah oleh para ulama' Jambi Kota Sebrang. ketika ada rumah yang angker dibacakan burdah, rumah menjadi tenang, keluarga yang sakit dibacakan burdah menjadi sembuh, sihir yang menyerang musnah, kemarau panjang hilang, dan lain-lain. perlu diingat pula, bahwa itu semua dapat tercapai, jika kita memenuhi syarat-syarat pada tulisan diatas (baca kembali tulisan ini pada teks syarat-syarat yang harus dipenuhi).
Allahu A'lam
@Santri Melayu
DINUKIL DARI KITAB :
-
النفحات اللطيفة على البردة الشريفة karangan على عثمان جرادي
-
العمدة في شرح البردة karangan الإمام العلامة الفقيه المحدث شيخ الإسلام أحمد
بن محمد بن حجر الهيتمي
-
القصيدة البردة بكاتب
حزب القادرية لاهور باكستان
Masyaallah Tabarakallah, semangat terus menebarkan dakwah
BalasHapus