BENARKAH BID'AH YANG SESAT MEMBUAT REDAKSI TERSENDIRI UNTUK BERSHALAWAT KEPADA NABI KITA SHALLALLAHU 'ALAIHI WA SALLAM?
Sholawat adalah Zikir yang ringan untuk dibaca, dan besar pahalanya. sekali saja kita bersholawat, Allah beri kita kemuliaan sepuluh kali lipat. saking besarnya fadhilah sholawat, maka banyak bentuk-bentuk sholawat yang dibaca oleh ummat islam.
Dewasa ini, ada sebahagian sahabat-sahabat kita dari kaum muslimin yang mengatakan bahwa, sholawat-sholawat yang redaksinya bukan dari Nabi Muhammad, adalah termasuk zikir yang bid'ah, karena tidak pernah diajarkan oleh nabi Muhammad SAW, sehingga percuma untuk dibaca, karena tidak membawa keberkahan. Ternyata, pendapat seperti ini tidaklah benar. karena para sahabat pun membuat redaksi sholawat sendiri untuk mengdapatkan barokah dari Nabi Muhammad SAW. salah satunya adalah Redaksi Shalawat dari Sayyidina Ibnu Abbas Radhiallahu 'Anhu. IMAM IBNU KATSIR Rahimahullah meriwayatkan :
قال إسماعيل القاضي : حدثنا علي بن عبد الله، حدثنا سفيان، حدثني معمر عن ابن طاوس عن أبيه، سمعت ابن عباس يقول : اللهم تقبل شفاعة محمد الكبرى، وارفع درجته العليا، وأعطه سؤله في الآخرة والأولى، كما آتيت إبراهيم وموسى، عليهما السلام.
إسناد جيد قوىصحيح.
Artinya : Isma'il Al-Qadhi' mengatakan bahwa telah menceritakan kepada kami 'Ali Bin Abdillah, telah menceritakan kepada kami Sufyan, telah menceritakan kepadaku Ma'mar dari Ibnu Thawus dari Ayahnya bahwa aku mendengar Ibnu Abbas berkata : Ya ALLAH terimalah Syafa'at Muhammad yang agung, tinggikanlah derajatnya yang luhur, dan kabulkanlah permintaanya di dunia dan akhirat sebagaimana Engkau kabulkan permohonan Ibrahim dan Musa 'Alaihimassalam. Sanad yang baik, kuat lagi shahih. [Tafsir Ibnu Katsir : Jilid 6, Halaman 470]
Sekedar tambahan dan sekaligus buat pembelajaran yaitu Redaksi Shalawat dari salah satu Imam Salafush Shalih.
Imam Syafi'i Rahimahullah mengatakan :
فصلى الله على نبينا كلما ذكره الذاكرون، وغفل عن ذكره الغافلون، وصلى عليه في الأولين والآخرين، أفضل وأكثر وأزكى ما صلى على أحد من خلقه، وزكانا وإياكم بالصلاة عليه أفضل ما زكى أحدا من أمته بصلاته عليه.
Artinya : Semoga shalawat ALLAH tercurahkan untuk Nabi kita disetiap kali orang-orang berdzikir mengingat-Nya dan di saat orang lalai dari berdzikir (karna) melupakan-Nya, dan semoga ALLAH mencurahkan shalawat pada beliau di awal hingga akhir, yang terbaik, terbanyak, dan lebih suci dari shalawat yang pernah ALLAH curahkan kepada siapapun dari makhluk-Nya, dan semoga ALLAH mensucikan kami dan juga anda dikarnakan telah bershalawat kepada beliau dengan pensucian yang lebih baik dari siapapun di kalangan umatnya yang pernah bershalawat kepadanya.[Kitab Ar-Risalah : Halaman 16]
Imam Abu Nu'aim Al-Ashbahani Rahimahullah menceritakan :
قال الاصبهاني : رايت النبي ﷺ في المنام، فقلت له : يا رسول الله، محمد بن ادريس الشافعي ابن عمك، هل خصصته بشيء.؟، قال : نعم، سالت ربي عز وجل ان لا يحاسبه. قلت : بماذا يا رسول الله.؟ فقال : انه كان يصلي علي صلاة لم يصل علي مثلها، فقلت : وما تلك الصلاة يا رسول الله.؟ فقال : كان يقول : اللهم صل على محمد كلما ذكرك الذاكرون، وصل على محمد وعلى ال محمد كلما غفل عن ذكره الغافلون
Artinya : Saat aku melihat Nabi Shallallahu 'Alaihi Wa Sallam dalam mimpi, maka akupun berkata kepadanya, "Ya Rasulullah, Muhammad Bin Idris Asy-Syafi'i putra pamanmu, apakah anda mengkhususkannya karna suatu hal.?", beliau menjawab, "Ya, aku memohon kepada TUHAN-ku 'Azza Wa Jalla agar tidak menghisabnya", aku bertanya, "Dengan sebab apa Ya Rasulullah.?", beliau menjawab, "Sungguh Asy-Syafi'i terbiasa bershalawat untukku dengan shalawat yang tak pernah ada shalawat yang menyerupainya", maka akupun bertanya lagi, "Seperti apa shalawatnya Ya Rasulullah.?" Beliau menjawab, dia mengatakan (dalam shalawatnya), "Ya ALLAH, curahkalah shalawat kepada Muhammad disetiap kali orang-orang berdzikir mengingat-Mu dan curahkanlah shalawat kepada Muhammad dan keluarga Muhammad disetiap kali orang-orang lalai dari berdzikir (karna) melupakan-Mu. [Mughni Al-Muhtaj : Jilid 1, Halaman 442].
Perlu diingat, kita tidak bisa serta merta membuat redaksi sholawat berbahasa arab sendiri. karena untuk membuat redaksi sholawat yang baik dan benar, dibutuhkan keahlian yang mumpuni, lebih-lebih keahlian dalam ilmu alat (Nahwu, Sharaf, Balaghah, 'arud, dll ), ilmu dzauq dan sebagainya. tanpa ada keilmuan tersebut, lebih baik baca dan amalkan sholawat-sholawat yang sudah warid/ sudah jelas kredibilitasnya. allahu a'lam.
@Santri Melayu
Makasih kiyai
BalasHapusTerimakasih Ustadz
BalasHapusSyukron tadz
BalasHapusSyukron kyai, paparan ini untuk menguatkan keyakinan dan kebenaran terhadap sholawat sholawat yang sudah mentradisi di kalangan kita seperti Burdah, barzanjian dan lain lain buat tentangga sebelah akan menolak keras paparan ini karena yang menulis paparan ini bukan ustad dari kalangan mereka
BalasHapusTerimakasih ustad atas paparanya
BalasHapus